SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA BESERTA CONTOH-CONTOHNYA

 

A. Pengertian Ejaan

Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab ‘hijs’ menjadi eja yang mendapat akhiran an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. Secara khusus, ejaan adalah sistem tulis menulis yang dibakukan (distandardisasikan). Ejaan juga dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara umum, ejaan merupakan hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

Setelah Islam datang di Nusantara, digunakan huruf Arab untuk menulis bahasa Melayu. Huruf ini disebut huruf Arab-Melayu (huruf pegon/Jawi). Ini merupakan salah satu huruf yang pertama dikenal. Kitab sejarah Melayu merupakan contoh penggunaan huruf Jawi untuk bahasa Melayu. Tokoh yang menggunakan huruf Jawi dalam tulis menulis adalah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, seorang tokoh zaman peralihan dari sastra lisan ke sastra tulis.

B. Sejarah Ejaan di Indonesia

1.    Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini menggunakan huruf latin yang bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda. Ciri-ciri yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai berikut:

a.     Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata Jang, pajah, sajang.

b.    Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c.     Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata Ma’moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.

2.    Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengganti Ejaan Van Ophuijsen yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan ejaan resmi pertama yang disusun oleh orang Indonesia. Mr. Soewandi merupakan seorang menteri yang menjabat sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ciri-ciri yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:

a.     Huruf oe diganti u, seperti pada guru, itu, umur.

b.    Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

c.     Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, bermain2, ke-barat2-an.

d.    Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3.    Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet Mulyana-Syekh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu. Ciri-ciri Ejaan Melindo:

a.     Gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta.

b.    Gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf ny menjadi nyonya.

4.   Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden No. 57 Tahun 1972 oleh Presiden Suharto untuk menggantikan ejaan Republik (ejaan Suwandi). Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:

i.     Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi

Ejaan Yang Disempurnakan

Dj

djauh, djarak

J

jauh, jarak

J

Jang, pajung

Y

yang, payung

Nj

njonja, bunji

Ny

nyonya, bunyi

Sj

isjarat, masjarakat

Sy

isyarat, masyarakat

Tj

tjara, tjutji

C

cara, cuci

Ch

tarich, achir

Kh

tarikh, akhir

ii.    Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.

iii.   Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqon, xenon, dan sinar-x.

iv.   Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang mengikutinya.

v.    Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka2. Contoh: Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46.

5.    Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan untuk mengganti Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan – EYD. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menerbitkan edisi keempat tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) di Jakarta, Maret 2016.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, serta menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (PUEYD) edisi ketiga. Pedoman ini diharapkan dapat mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia yang semakin pesat. Adapun berikut ini merupakan perbedaan pedoman umum EYD dan pedoman umum EBI.

 

Pedoman Umum EYD

Pedoman Umum EBI

Penambahan Huruf Vokal Diftong

Huruf diftong ditemukan hanya tiga yaitu ai, au, oi.

Contohnya:

Huruf diftong ai ditemukan pada kata pandai.

    Huruf oi pada kata amboi.

 Huruf au pada kata harimau. 

Penambahan diftong ei.

Contohnya:

1.       Kata geiser.

2.       Kata survei.

Penggunaan Huruf Kapital

Tidak mengatur penulisan unsur julukan

Mengatur penulisan kapital untuk unsur julukan, contoh:

        Jenderal Kancil

        Dewa Matahari

        Kutu Buku

Penggunaan Huruf Tebal

Tidak diatur penggunaan huruf tebal. Penegasan kata menggunakan kata yang ditulis miring.

Terdapat dua ketentuan penggunaan huruf tebal, yaitu:

    Menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, contoh:

Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti dan.

    Menegaskan bagian karangan, misalnya:

1.1  Latar Belakang dan Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3            Tujuan

Penggunaan Titik Koma (;)

Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.

Contoh:

Agenda rapat ini meliputi:

a.       Pemilihan kata, sekretaris, dan bendahara;

b.       Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;

c.        Pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

  

Titik koma (;) digunakan dalam perincian tanpa penggunaan kata dan.

Contoh:

Agenda rapat ini meliputi:

a. Pemilihan kata, sekretaris, dan bendahara;

b.       Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan

c.  Pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

 

Penggunaan Bilangan

Tidak diatur

Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf, misalnya:

         Simpanglima

         Kelapadua

          Rajaampat

Penggunaan Tanda Elipsis

Penggunaan tanda elipsis (…) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh:

 

Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Misalnya:

Jadi, simpulannya...oh, sudah saatnya istirahat.

Menurut saya…seperti…bagaimana, Bu?

Penggunaan Tanda Hubung

Tidak ada ketentuan yang mengatur kedua hal di samping.

      Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran –isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

    Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya:

    a. BNP2TKI (Badan Nasional    Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)

  b. LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)

  c. P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan).

Definisi Penggunaan Kata Pun

Penulisan kata pun disambung untuk kata-kata lazim, seperti walaupun, meskipun, bagaimanapun, dll.

Partikel pun ditulis serangkai untuk unsur kata penghubung, seperti walaupun, meskipun, bagaimanapun, dll.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA